PELUANG DAN TANTANGAN BIDANG SUMBER DAYA MANUSIA DALAM INDUSTRI 4.0 (Studi Pustaka)
Kelompok 1
Adra
Aliya Tabina (10118226)
Ahmad
Maulana Rizki (10118341)
Jasri
Silvika Aysyah (13118458)
Nadya
Yudho Miranti (15118170)
Wikan
Dewanto Martonagoro (17118331)
PELUANG DAN TANTANGAN BIDANG SUMBER DAYA MANUSIA DALAM
INDUSTRI 4.0 (Studi Pustaka)
Oleh : Ir.
Maurits S. Sipayung, M.M.
- Pendahuluan
Revolusi
industri pertama (1700-1800-an), ditandai penggunaan hewan (ternak) sebagai
penggerak, mesin digerakkan oleh uap air dan batubara. Perkembangan demografi
berpengaruh terhadap permintaan dan penawaran barang produksi. Dalam dunia
industri perkembangan manajemen sumber daya manusia juga dimulai dengan adanya
pengaturan upah, pembagian tanggung jawab atau divisi, pengaturan waktu kerja
dan semakin meningkatkan tingkat urbanisasi.
Revolusi
industri kedua (1870-1969) ditandai dengan ditemukannya listrik pada awal tahun
1900-an yang menggantikan teknologi mesin dengan tenaga uap dan batubara. Pada
era ini perkembangan manufaktur yang digerakkan oleh mesin-mesin bertenaga
listrik untuk produksi barang secara massal semakin berkembang ke berbagai
belahan dunia (eropa, amerika serikat dan asia (jepang)) yang mulai
mengembangkan industri perkeretaapian, logam dan kimia. Frieden dalam klingenberg (2017) menyatakan
pada fase revolusi industri kedua ini, semakin banyak perusahaan dimana
permintaan kebutuhan produk industri semakin meningkat pesat. Dalam bidang
sumber daya manusia terjadinya perpindahan orang antar negara (migrasi) karena
kebutuhan pekerjaan dan terjadinya perang.
Revolusi
industri ketiga (1969) perkembangan mengarah kepada pengotomatisasian ditandai
dengan penggunaan elektronik dan internet sebagai bagian dari otomatisasi
pabrik. Revolusi industri ketiga ini dipimpin oleh amerika serikat, eropa dan
asia (jepang, korea dan china). Era ini ditandai dengan berkembangnya kegiatan
penelitian dan pengembangan (research and development- r&d) terutama untuk
komputer, chips, dan internet.
Pada
1980-an istilah advanced manufacturing technologies (amt) muncul, diantaranya
merujuk pada seperangkat teknologi sebagai manufaktur terintegrasi komputer
(computer integrated manufacturing - cim), desain berbantuan komputer (cad),
manufaktur berbantuan komputer (computer-aided manufacturing - cam), sistem
manufaktur fleksibel (flexible manufacturing systems- fms).
Perusahaan berubah menuju program penurunan biaya (cost
reduction) dan peningkatan penjualan (increase sales).
Mesin
industri tidak lagi dikendalikan oleh tenaga manusia tetapi menggunakan
programmable logic controller (plc) atau sistem otomatisasi berbasis komputer.
Tujuan
industri pada era ini adalah untuk menghadirkan fleksibilitas yang lebih besar,
siklus produksi yang lebih pendek, produk yang lebih disesuaikan, respons yang
lebih cepat terhadap tuntutan pasar yang berubah, kontrol yang lebih baik, dan
akurasi proses.
- Industri 4.0
Istilah
industri 4.0 sendiri secara resmi lahir di hannover fair, jerman (2011) oleh
prof klaus schwab (ekonom asal jerman, pendiri dan ketua eksekutif world
economic forum (wef)). Konsep itu berkembang dengan istilah "connected
enterprise" di amerika serikat, "fourth industrial revolution "
di inggris , smart factories, industrial internet of things, smart industry,
atau advanced manufacturing manufacturing dan “Making Indonesia 4.0” di
indonesia. Meski memiliki penyebutan istilah yang berbeda, semuanya memiliki
tujuan yang sama yaitu untuk meningkatkan daya saing industri tiap negara dalam
menghadapi pasar global yang sangat dinamis.
Industri
4.0 adalah masa terjadinya perubahan (transformation) rantai nilai (value
chain) industri yang berbasis teknologi digital, automasi dan integrasi
teknologi informasi dan telekomunikasi dengan seluruh proses produksi dan
pelayanan industri. revolusi industri 4.0 memiliki karakter yang ditandai oleh
perpaduan teknologi (kecerdasan buatan (Artificial intelligence-AI) , robotika,
Internet of Things (IoT), kendaraan otonom, pencetakan 3D, nanoteknologi,
bioteknologi, ilmu material, penyimpanan energi, dan komputasi kuantum) yang
mengaburkan garis antara bidang fisik, digital, dan biologi.
9
teknologi yang akan mendominasi dalam industri produksi seperti terlihat pada
gambar di bawah ini :
1) Big data and Analytic
Analisis
berdasarkan kumpulan data besar yang baru muncul di dunia manufaktur ini
bertujuan mengoptimalkan kualitas produksi, menghemat energi, dan meningkatkan
layanan peralatan. Data dikumpulkan dan dievaluasi dari berbagai sumber akan
menjadi standar untuk mendukung pengambilan keputusan secara real-time.
2) Autonomous Robots
Robot-robot ini lebih otonom,
fleksibel, dan kooperatif. dapat berinteraksi satu sama lain maupun belajar
dari manusia. Robot ini memiliki jangkauan kemampuan yang lebih besar daripada
yang digunakan manufaktur saat ini.
3) Simulation
Simulation
ini dapat mencerminkan dunia fisik dalam model virtual, termasuk mesin produk
dan manusia. Operator dapat menguji dan mengoptimalkan pengaturan mesin untuk
produk berikutnya sejalan dengan dunia maya sebelum hangover fisik (dengan
demikian melibatkan perubahan kondisi produksi).
4) Horizontal and Vertical System
Integration
Perusahaan, pemasok dan pelanggan
jarang memiliki kaitan yang erat sama halnya dengan departemen dari usaha yang
sama, seperti teknik, produksi, dan layanan artinya fungsi dari perusahaan ke
tingkat dasar pabrik tidak sepenuhnya terintegrasi. Dengan Industri 4.0,
perusahaan, departemen, fungsi dan kemampuan akan menjadi lebih kohesif,
jaringan integrasi data universal berkembang dan rantai nilai mungkin otomatis.
5) The Industrial Internet of Things
(IoT)
Perangkat IoT memungkinkan perangkat
lapangan (terbesar di seluruh rantai produksi) untuk berkomunikasi dan
berinteraksi satu sama lain dan dengan pengontrol yang lebih terpusat serta mendesentralisasi
analitik dan pengambilan keputusan, memungkinkan respons real time.
6) Cybersecurity
Kebutuhan untuk melindungi sistem
industri khususnya saat ini di Industri 4.0 sangatlah penting, karena jalur
produksi, dan data yang dikumpulkan meningkat secara drastis.
7) Cloud
Dengan Industri 4.0, lebih banyak
usaha terkait produksi yang memerlukan peningkatan berbagai data lintas situs
dan batas-batas perusahaan. Kinerja teknologi cloud akan meningkat bahkan
sistem yang memantau dan mengontrol proses dapat menjadi berbasis cloud.
8) Additive Manufacturing
Pencetakan 3D perusahaan akan
mewujudkan prototipe dan komponen individu yang lebih cepat, tetapi juga
sejumlah kecil produk yang disesuaikan. Serta dapat di desentralisasi
mengurangi jarak transportasi dan stok di tangan.
9) Augmented Reality
Sistem ini seringkali tertanam dalam
perangkat yang dapat dipakai dan dapat memberi pekerja informasi real-time
untuk ditingkatkan.
Industri 4.0 telah diimplementasikan
secara gradual dan sering diawali dengan pengimplementasian sistem digital.
Teknologi digital mendorong berkembangnya model bisnis baru dan peluang
memproduksi nilai yang berbeda dan berubah dari yang sebelumnya dan bisa
dirasakan dampaknya dan perkembangannya di negara-negara berkembang (UNIDO,
2016).
Inti dari visi Industri 4.0 adalah
IoT dan layanan Internet yang berarti konektivitas dimana-mana terjadi pada
semua orang, benda dan mesin. Hal ini disebutkan dengan 3 istilah yang saling
berkaitan yaitu IoT, Internet of Service (IOS) dan Internet of Data (IOD).
Menurut Deloitte (2015) akan berkaitan juga dengan Internet of People (IoP),
hubungan antar manusia baik dalam bisnis maupun sosial akan sangat berkembang
dan menjadi penting dalam transformasi digital 4.0.
Menurut Nagy dkk. (2018), revolusi
Industri 4.0 didasarkan pada data. Data dapat dikumpulkan dan dianalisis lalu
digunakan untuk membuat keputusan yang tepat dan berkembang. Dalam industri 4.0
ini integrasi data dan informasi akan semakin kuat antar bagian dan antar sub
proses dalam proses produksi. Terjadinya integrasi vertikal, integrasi
horizontal dan integrasi rekayasa/engineer digital akan sangat terasa dalam era
ini. Deloitte (2015) menambahkan sat karakteristik lainnya yaitu terciptanya
akselerasi melalui Exponential technologies. Pendekatan ini menimbulkan model
bisnis proses yang baru.
a)
Integrasi Horizontal
Mengacu pada integrasi berbagai
sistem informasi yang digunakan dalam fase perencanaan produksi dan proses
bisnis (mencakup pertukaran bahan, energi, dan informasi di dalam perusahaan
atau di antara perusahaan yang berbeda).
Tujuannya adalah menyampaikan informasi
di seluruh jaringan (dari pemasok ke pelanggan). Integrasi yang disajikan membantu pemasok,
mereka selalu diberi informasi tentang kondisi stok, sehingga mereka dapat
merencanakan dan mengatur pengiriman di masa mendatang dengan lebih baik. Jika
terjadi masalah, pelanggan dapat segera melakukan intervensi dan memutuskan
cara penyelesaian masalah.
b) Integrasi Vertikal
Berarti
integrasi sistem informasi pada tingkat hierarki yang berbeda, semua untuk
bertukar informasi dari bawah ke atas hierarki dan sebaliknya. Dengan
menghubungkan semua proses dan menggunakan sensor di setiap langkah produksi,
pabrikan memeriksa kualitas dan mengurangi pemborosan. Pertukaran informasi
secara terus menerus ini memungkinkan tindakan preventif karyawan yang bertanggung
jawab ketika potensi masalah terdeteksi karena mesin terhubung ke jaringan
komunikasi dan mereka memiliki informasi kapan saja.
Deloitte
(2015) mengatakan jaringan vertikal yang terintegrasi ini akan memanfaatkan
Cyber-Physical Production System (CPPS), yang membuat pabrik sangat respon dan
cepat terhadap perubahan stok dan permintaan, cepat merespon akan adanya
kesalahan/produk cacat.
c) Integrasi Rekayasa Digital
Rekayasa digital penuh memungkinkan
pengumpulan dan pertukaran data produk di seluruh rantai yang terlibat dalam
pengembangan produk. Pendekatan ini mengurangi waktu produksi untuk produksi
masa depan karena sudah ada dokumentasi siap untuk produksi.
Intelegensi yang terdesentralisasi
terkait dengan internet untuk hal-hal dan layanan serta produk-produk pintar.
Kontrol desentralisasi dimungkinkan dengan menggunakan sistem cyber-fisik baru
dan teknologi informasi dan komunikasi.
d) Akselerasi melalui Exponential
Technologies
Karakteristik
Industri 4.0 ini salah satunya adalah terciptanya sebuah katalis atau pendorong
akselerasi yang memungkinkan terjadinya solusi secara individual,
fleksibilitas, dan penghematan biaya dalam proses industri.
Menurut Tjandrawinata (2016), ada
tiga hal yang menjadi alasan mengapa transformasi yang terjadi saat ini bukan suatu
perpanjangan revolusi digital, melainkan suatu revolusi transformasi baru.
Ketiga hal tersebut yaitu:
a.
Inovasi dapat dikembangkan dan menyebar lebih cepat dari
sebelumnya.
b.
Penurunan biaya produksi marjinal dan munculnya platform
yang dapat menyatukan dan mengkonstruksikan beberapa bidang ilmu pengetahuan
terbukti meningkatkan output pekerjaan.
c.
Revolusi secara global akan sangat berpengaruh dan terbentuk
hampir di seluruh negara di dunia.
Menurut Crnjac, Veza, dan Banduka
(2017), fitur-fitur Industri 4.0 adalah integrasi horizontal, vertikal, dan
digital dari keseluruhan sistem. Bidang utama integrasi akan terlihat dalam
berbagai bentuk, yaitu standarisasi, pengelolaan sistem yang kompleks,
infrastruktur yang komprehensif, keamanan dan privasi, organisasi kerja dan
desain, kerangka hukum, dan penggunaan sumber daya yang efektif.
C. Dampak Umum Industri 4.0
Industri 4.0 diwakili oleh
pertumbuhan tinggi dalam platform yang memungkinkan teknologi telah mengganggu
struktur industri yang ada dan menciptakan cara baru dalam mengkonsumsi barang
melalui permintaan dan penawaran. Paradigma ekonomi yang baru menjadikan
internet sebagai cara untuk menciptakan nilai bagi masyarakat. Industri 4.0
membuat dunia lebih digital, terhubung, fleksibel, dan responsif. Hubungan
sosial yang terkenal bergerak dari hubungan bisnis ke konsumen ke mode
peer-to-peer (Arroyo dkk., 2017).
Industri 4.0 akan berpotensi
meningkatkan produktivitas dan daya saing, efisiensi energi dan sumber daya,
dan melindungi kondisi lingkungan. Menurut Fraccari (2017), dalam Industri 4.0
teknologi telah menutup kesenjangan antara dunia fisik dan digital, hal ini
memicu perubahan ekonomi dan sosial. Keuntungan lain dari dari implementasi
Industri 4.0, diantaranya mempersingkat masa pemasaran produk baru,
meningkatkan respon pelanggan, peluang untuk mengkustomisasi produk tanpa ada
peningkatan biaya produksi, lingkungan kerja yang lebih nyaman dan fleksibel,
serta efisiensi dalam penggunaan energi dan sumber daya. Menurut Gelbert dkk
(2015), pengaruh implementasi industri 4.0 di Jerman juga berakibat pada
produktivitas, pertumbuhan pendapatan, pekerjaan, dan investasi.
Schwab dalam Mohrar, Arman, dan
Mousa (2017) juga menegaskan bahwa revolusi industri 4.0 memiliki dampak sosial
dari perubahan teknologi pada beberapa sektor. Menteri Perindustrian RI
mengatakan bahwa revolusi industri 4.0 tidak hanya memiliki potensi yang besar
dalam merombak industri, tetapi juga mengubah aspek kehidupan manusia.
Kementerian Perindustrian telah menetapkan empat langkah strategis untuk
menghadapi industri 4.0, yaitu:
1.
Mendorong angkatan kerja di Indonesia agar terus
meningkatkan kemampuan dan keterampilannya, terutama dalam menggunakan
teknologi IoT atau mengintegrasikan kemampuan internet dengan lini produksi di
industri.
2.
Memanfaatkan teknologi digital untuk memacu produktivitas
dan daya saing bagi industri kecil dan menengah agar mampu menembus pasar
ekspor.
3.
Memanfaatkan teknologi digital yang lebih optimal dalam
perindustrian nasional seperti Big Data,
Autonomous Robots, Cybersecurity, dan AR.
4.
Mendorong inovasi teknologi melalui pengembangan start up.
Fraccari (2017) mengatakan pada
Industri 4.0 akan memiliki dampak besar pada bidang mesin dan robotika,
otomatisasi, proses dan kontrol, energi, mesin ke mesin, dan sistem cerdas.
Menurut Nagy dkk (2018), IoT dan industri 4.0 yang dapat mempengaruhi tidak
hanya produksi, tetapi banyak fungsi perusahaan lainnya. Roblek, Mesko, dan
Krapes menyatakan dengan IoT maka akan terjadi pembentukan saluran komunikasi
untuk pertukaran informasi terus menerus. Dapat disimpulkan bahwa sebagian
besar teknologi memiliki efek yang menjangkau batas fungsional.
Kleinberg (2017) mengatakan salah
satu dampak dari implementasi teknologi 4.0 adalah terjadinya penurunan
kebutuhan tenaga kerja manusia, semakin panjangnya masa kerja orang-orang yang
terampil , dan meningkatnya permintaan kebutuhan yang lebih spesifik dari
pelanggan. Hal ini dapat menjadi tantangan tersendiri bagi negara-negara
berkembang .
Klingenberg (2017) mengatakan konsekuensi industri 4.0 belum
sepenuhnya dipahami dan akan berdampak pada pekerjaan di negara-negara
berkembang. Beberapa pekerjaan akan hilang dan digantikan dengan mesin.
Menurut Prof. Magnus P. Karlsson, terdapat tiga tantangan
dalam industri 4.0. Diantaranya:
- Kesadaran dan Kesiapan (Awareness and Readiness). Kita harus sadar dan siap dalam
menghadapi ketidakpastian. Kita harus bereksperimen dan jadikan itu
pelajaran. Bahkan, perusahaan pun harus menentang asumsi bisnisnya
sendiri.
- Eksplosi Data (Data Explosion).
Dalam lima tahun kedepan, seluruh konektivitas data akan semakin cepat
karena melalui jaringan nirkabel ke berbagai perangkat. Manusia akan
bergantung dengan internet (IoT).
- Transformasi Tenaga Kerja (Workforce Transformation). Akan terjadi pergeseran dalam
pekerjaan secara bertahap dan mendalam. Dimulai dari penerapan tenaga
kerja digital yang dimana nanti akan tercipta industri baru seperti
kedokteran digital.
Industri 4.0 akan memungkinkan peningkatan produktivitas dan
efisiensi sumber daya secara berkelanjutan di seluruh jaringan nilai atau value chain (Moraes, 2017). Pekerjaan
akan diatur sedemikian rupa dimana ini berdampak pada perubahan demografis dan
faktor sosial. Para pekerja dapat fokus pada kegiatan kreatif lainnya, karena
bantuan dari Sistem Bantuan Pintar dalam mengerjakan tugas rutin.
Pertumbuhan industri 4.0 juga menyoroti masalah umum dalam
kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, yaitu privasi. Beberapa masalah
yang tergolong masalah privasi diantaranya penyebaran informasi, hilang kendali
data, pengungkapan informasi pribadi (Anderson & Mattsson, 2015). Dengan
demikian, pemerintah selaku pembuat kebijakan dan masyarakat memiliki tantangan
bagaimana menggeser budaya industri dan masyarakat dalam mengatasi serangkaian
gangguan teknologi dalam era industri baru ini.
Penting mengetahui dampak terhadap masyarakat dalam revolusi
industri baru. Kita harus mempertimbangkan inovasi sosial bersamaan dengan
revolusi teknologi. Ada hubungan timbal balik antara inovasi sosial dan teknis
atau pengembangan teknologi (Buhr, 2017). Penyebaran inovasi sosial dipengaruhi
perkembangan teknologi dan inovasi teknis. Sifat digital dari produk-produk
inovasi ini mengarah pada hasil ekonomi maupun manfaat sosial.
D. Kompetensi SDM dalam Menghadapi
Industri 4.0
Dalam era industri 4.0 ini, proses produksi akan menjadi
lebih efisien karena perubahan dalam proses industri yang menggunakan teknologi
informasi dan komunikasi. Disisi lain beberapa pekerjaan fisik akan
terotomatisasi. Bahkan menurut pernyataan Kergroach (2017), otomatisasi tidak
lagi terbatas pada pekerjaan fisik tetapi meliputi pekerjaan intelektual dan
analitik. Pada akhirnya akan terjadi efisiensi di tiap lini produksi dan
produktivitas meningkat.
Kemajuan negara-negara maju yang menerapkan industri 4.0 ini
akan memberikan efek ke negara-negara lainnya sehingga batas-batas antar negara
semakin terbuka. Setiap negara pun saling bersaing demi meraih keuntungan dari
kemajuan teknologi industri ini. Kompetensi SDM akan menjadi salah satu hal
penting dalam menyambut industri 4.0 (Bella, 2018).
Menurut Mello dalam Haryono (2018), terdapat empat dampak
bagi organisasi dalam menghadapi perubahan teknologi, yaitu:
- Organisasi perlu meningkatkan skill dan work habit para pegawainya
- Jabatan tingkat rendah dan
level manajerial akan tersingkir
- Berkurangnya hierarki, lebih
berfokus pada kerja sama atau kolaborasi
- Kehidupan
pekerja didominasi oleh self-directed
striving for personally valued career outcomes.
Haryono (2018) mengatakan ada tigal hal yang berkaitan
dengan SDM yang perlu diperhatikan dalam menghadapi industri 4.0. Tiga hal
tersebut yaitu kualitas, kuantitas, dan pemerataan distribusi SDM.
Dalam menghadapi revolusi industri 4.0, telah menyusun
strategi dalam pengembangan SDM guna memiliki daya saing yang baik. Airlangga
Hartanto selaku Menteri Perindustrian menyatakan dengan adanya revolusi
industri 4.0 ini, industri dinilai akan kembali menjadi arus utama di dalam
pembangunan nasional dan masyarakat Indonesia seharusnya lebih mudah menghadapi
industri 4.0 ini karena sebelumnya telah melewati industri 3.0 dimana banyak
juga otomatisasi. Pemerintah juga dinilai perlu mendanai pembangunan
infrastruktur secara tepat dalam rangka menghadapi industri 4.0 (Warta Ekonomi,
2018).
Peranan SDM yang handal sangat diperlukan dalam pengembangan
industri 4.0 dan kualifikasi kompetensi SDM yang terlibat harus dapat mengikuti
proses tersebut. Kompetensi SDM merupakan karakteristik dasar perilaku individu
yang mempengaruhi langsung kinerja pekerjaan. Kualifikasi kompetensi SDM ini
berkaitan dengan seberapa jauh penerapan fitur-fitur industri 4.0 di organisasi
atau perusahaan dalam operasionalnya. Hal ini sejalan dengan pernyataan dari
Maresova dkk. (2018) dimana nilai suatu kualifikasi dan jenis kualifikasi
tergantung pada seberapa cepat dan sejauh mana organisasi atau perusahaan
menerapkan otomatisasi, interkoneksi prosedur dan fitur-fitur industri 4.0
dalam produksi, layanan, dan penjualan mereka.
Kompetensi utama yang relevan di masa depan adalah
kompetensi yang berkaitan dengan IT, perangkat lunak (software), program
aplikasi, dan sistem otomatis. pekerjaan baru dalam era industri 4.0 akan
membutuhkan kompetensi dan keterampilan baru. untuk menjawab tantangan era
revolusi industri 4.0 tidak cukup hanya dengan literasi, menulis dan
menghitung. Dalam industri 4.0, modal dasar SDM yang harus dimiliki adalah
keterampilan yaitu, kepemimpinan (leadership) dan bekerja dalam team
(teamwork), kelincahan dan kematangan budaya (cultural agility), dengan latar
belakang budaya yang berbeda tetap bisa bekerja sama, dan entrepreneurship
(termasuk sociopreneurship).
Menurut Aoun dalam Haryono (2018), untuk mendapatkan SDM
yang kompetitif dalam industri 4.0, kurikulum pendidikan harus dirancang agar
outputnya mampu menguasai literasi baru, yaitu:
-
Literasi data, yaitu kemampuan membaca, menganalisis dan
memanfaatkan informasi big data dalam dunia digital.
-
Literasi teknologi, yaitu memahami cara kerja mesin,
aplikasi teknologi (coding, artificial
intelligence dan engineering
principles)
-
Literasi manusia, humanities, komunikasi dan desain. Dalam
perspektif literasi manusia, tujuannya adalah agar manusia dapat berfungsi
dengan baik di lingkungan manusia yang semakin dinamis.
Beberapa karakteristik kompetensi (skill, knowledge dan
attitude) yang dibutuhkan dalam perspektif SDM yang mampu bersaing di era
industri 4.0:
-
literasi data, literasi teknologi dan literasi manusia,
humanities, komunikasi dan desain
-
kepemimpinan (leadership) dan bekerja dalam team (teamwork),
kelincahan dan kematangan budaya (cultural agility), dengan latar belakang
budaya yang berbeda tetap bisa bekerja sama, dan entrepreneurship (termasuk
sociopreneurship).
-
keterampilan teknologi IT, perangkat lunak (software),
program aplikasi, dan sistem otomatis
-
kemampuan untuk menggunakan perangkat digital, aplikasi, Web
2.0, dan alat elektronik apapun, tetapi juga keterampilan yang berorientasi
pengguna akan diperlukan
-
keterampilan komunikasi, keterampilan sosial, keterampilan
organisasi, kerja tim, pekerjaan proyek, tetapi juga kesadaran antar budaya
dan, keterampilan bahasa.
-
Kemampuan belajar (lifelong learning)
-
Kemampuan pemecahan masalah, intuisi, kreativitas, dan
persuasi
-
Keterampilan lunak (soft skill) seperti pengorganisasian
diri (Self organization), manajemen, kerja tim (teamwork) , atau keterampilan
komunikasi (communication skill)
-
Etos kerja/karakter/soft skill
-
Penguasaan teknologi dasar (komputer, smartphone) dan
teknologi informasi
-
Penguasaan teknologi yang bersifat teknis sederhana bagi
pekerja jasa cleaning service, asisten rumah tangga, dsb
-
Kemampuan “problem solving” bagi lulusan Perguruan Tinggi
-
Bahasa asing (Inggris) bagi tenaga pariwisata (guide, hotel,
restoran), konstruksi,dsb
-
Kreativitas
-
Entrepreneurship skill
-
Pemecahan Masalah (Problem solving skill)
-
Pemecahan Konflik (Conflict Solving Skill)
-
Pengambilan Keputusan (Decision Making)
-
Analytical Skill
-
Research Skill
-
Efficiency Orientation
-
Technical skill : kemampuan pengontrolan, monitoring dan
penanganan gangguan, pengambilan keputusan dan analisis data
-
Data and IT Skill : penanganan data-sistem, pengembangan
program, desain sistem, programming, dan data security
-
Social Skill : kerjasama dan kolaborasi dengan berbagai
pihak yang multidisiplin ilmu dan orang-orang dari berbagai asal usul,
komunikasi yang baik, bekerja dengan result oriented, mampu menggunakan
berbagai media modern dengan berbagai platform.
-
Personal skill : bertanggung jawab, kapabilitas analisis
berpikir yang kuat, problem solver mindset, dan kontrol pengorganisasian diri,
dsb
-
Technical Skill : Keterampilan berkomunikasi (Communication
skill) termasuk didalamnya kemampuan literasi, intercultural competency,
presentation ability ,
-
Social Skill : kolaborasi , compromising dan negosiasi ,
emotional intelligence, teamwork, analytical skill, project management,
environment awareness, customer orientation, business network, kepemimpinan dan
pengambilan keputusan dan problem solving
-
Technological Skill : pengetahuan ekonomi, service
orientation, business process, change management, digital security, data and
network, M2M communication, modelling and programming, cloud computing,
statistic and data analytic
3 elemen kompetensi yang sangat berperan bagi SDM untuk
dapat bersaing atau menjadi spesifikasi yang dibutuhkan dalam pekerjaan di era
industri 4.0:
1. Kemampuan/Ability
- Kemampuan kognitif: Kognitif
fleksibilitas, Kreativitas, Logika berpikir, Sensitivitas terhadap
problem, Logika matematika, dan Visualisasi.
- Kemampuan fisik: Sehat dan
kuat, Ketangkasan manual dan presisi.
2. Keterampilan Dasar/Basic
Skill
- Keterampilan konten:
Pembelajaran aktif, Kemampuan berbicara, Kemampuan literasi, Ekspresi menulis, dan Literasi ICT.
- Keterampilan proses: Pendengar
aktif, Kritis, dan Monitoring diri dan orang lain.
3. Keterampilan Lintas Fungsi/Cross Functional Skill
- Keterampilan sosial: Koordinasi
dengan orang lain, Emotional
intelligence. Negosiasi, Persuasi, Orientasi pelayanan dan Pelatihan dan
pengajaran orang lain.
- Keterampilan sistem:
Pengambilan keputusan dan Analisis sistem.
- Keterampilan penyelesaian
masalah kompleks: Penyelesaian masalah kompleks.
- Manajemen sumber daya: Manajemen sumber
daya keuangan, Manajemen material, Manajemen SDM.dan Manajemen waktu.
- Keterampilan teknikal:
Perawatan dan perbaikan alat, Pengoperasian alat dan pengontrolan.,
Programming, Quality control dan Teknologi dan perancangan pengalaman
pengguna.
E. Penutup
Industri 4.0 membawa perubahan di berbagai sektor industri
dan menjadi salah satu hasil perkembangan ilmu pengetahuan dan pengembangan
teknologi yang dikembangkan manusia dalam memenuhi kebutuhannya.
keberadaan Sumber Daya Manusia (SDM) tetap akan menjadi
sangat penting dalam era ini. Keterampilan (Skill) dan pengetahuan (Knowledge)
dasar SDM tentang proses produksi dalam berbagai fitur-fitur transformasi di
dalam industri 4.0 (seperti otomasi, Internet of Thing- IoT, artificial
intelligence – AI, big data, robotic, printer 3D, AR, dll) menjadi hal yang
sangat wajib untuk dikuasai kemudian ditambah dengan perilaku-perilaku
(attitude) handal termasuk social skill (keterampilan sosial) akan menjadi
syarat kualifikasi kompetensi yang wajib dimiliki setiap SDM agar mampu
bersaing dan mengambil bagian dalam era tersebut.
Komentar
Posting Komentar